THE HIDDEN DRAGON
pada 3 Agustus 2012 pukul 9:39
By
Syaifoel Hardy
Sungguh! Bila anda menanyakan
bagaimana kualitas teman-teman saya sekolah dulu, saya akan bercerita yang
sebenarnya!
Dyah, asal Banyuwangi, menduduki
ranking pertama di sekolahnya. Fauzan, yang pintar baca Al Quran, asal daerah
yang sama, beda kecamatan, meski dari Madarasah, juga pintar. Ada pula Bagiyo,
yang dari Lumajang, di peringkat ke dua. Retno asal Trenggalek yang kuat hapalannya,
juga pintar dan rajin.
Ada pula Ali Imron asal Bawean dan
Qubbatun Najah, keduanya pandai dan kuat dasar agamanya, tidak ketinggalan.
Mirmo dan Hadi, kakak beradik yang menduduki rangking satu dan dua di
sekolahnya, bukan suatu kebetulan jika mereka kemudian bareng dan menjadi teman
kami yang rajin seklai, selain pinter nyanyi. Ada lagi Ihsan yang selalu tampil
rapi, duduk di ranking tiga di sekolahnya, yang pernah menjadi teman se kamar
saya. Hingga si Sudarsono, selain pintar di sekolah, juga kerap jadi juru
bicara sekolah kami.
Bukan hanya dalam artian
intelektual. Edy yang cekatan dalam berolah raga. Si Sutiah yang rajin
mengelola Koperasi Sekolah. Sunarsih asal Blitar yang rapi dalam memimpin
setiap kerja bakti. Dolina asal Pasuruan yang kerap kali berada di baris depan
jika urusan Volley Ball. Herni yang senang mengajak kumpul dan memecahkan
masalah rekan-rekan. Lilik yang pandai dan suka urusan konsumsi. Si Prapti yang
kini jadi dosen dan kerap kali tampil di depan jika berdiskusi. Sampurno yang
kebapakan dan suka menengahi jika ada konflik. Hassan asal Gresik yang cakap di
urusan seksi kerohanian. Hingga si Lilis yang suka membantu mereka yang
membutuhkan.
Pendeknya, kami yang berjumlah 30
siswa, 20 perempuan, 10 laki-laki, semunya pintar-pintar dan cekatan. Setiap
kali ujian atau ulangan, setiap kali itu pula berlomba. Tidak ada siswa yang
angkong-angkong santai mengharap nilai tinggi.
Tiap hari yang namanya aula, selalu
dimanfaatkan sebagai tempat belajar. Berlomba-lomba meraih prestasi dan
menggapai nilai terbaik adalah impian dan harapan setiap individu kami.
Semuanya kutu buku. Tidak ada hari luang, meski dosen tidak hadir, kami tetap
belajar. Jam-jam kosong selalu diisi dengan kegiatan belajar, diskusi atau
praktik di bangsal.
Kami yang waktu itu boleh dikata
'gratis' sekolahnya, karena dibiayai pemerintah, tergolong beruntung sekali.
Apalagi sekolah keperawatan masih langka. Jadi, di rumah sakit tempat kami
praktik, dengan jumlah tempat tidur lebih dari 500 bed capacity, menjadikan
kesempatan untuk memperoleh pengalaman amat luang. Tidak heran, jika untuk
pertolongan persalinan saja, rata-rata setiap siswa pernah menangani tidak
kurang dari 20 kasus. Sebuah jenis ketrampilan yang tidak gampang didapat saat
ini!
Makanya, begitu lulus, bahkan
sebelum meninggalkan asrama, kami sudah menandatangani permohonan untuk menjadi
pegawai negeri. Semua rekan-rekan, kecuali saya, saat ini menjadi pegawai
negeri sipil. Sebuah kedudukan yang banyak dicari dan sulit sekarang ini.
Potensi yang dimiliki rekan-rekan
bukan terbatas pada ketrampilan dan pengetahuan di bangku sekolah saja. Dalam
kegiatan ekstra kurikuler, juga luar biasa. Kami biasa menangani
kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan baik untuk kepentingan sekolah seperti
acara-acara peringatan hari-hari besar nasional, lomba-lomba, hingga saat
praktik serta mengadakan demontrasi seperti penyuluhan kesehatan di masyarakat.
Kami rata-rata bisa mandiri.
Potensi ini yang membuat saya, di
kemudian hari, bersyukur, bahwa dalam naungan nursing education, kami dididik
menjadi manusia yang cakap, terampil, berpengetahuan, beretika, memiliki
tanggungjawab dan mandiri dalam kerja. Kalaupun ada sinyalemen bahwa profesi
ini identik dengan 'pembantu' di bawah naungan profesi lain, hemat saya adalah tergantung,
bagaimana kita membawa diri.
Saya pernah mengalaminya, tidak
kurang dari 10 tahun bekerja independent, tidak bergantung kepada profesi lain.
Bahkan, ketika pihak management menanyakan apakah kami butuh profesi kesehatan
lain, saya katakan "No! We can refer to hospital if necessary!"
Jadi, apakah kita mau berdiri
sendiri atau bergantung pada orang lain, semuanya adalah pilihan. It is a
matter of choice.
Saya melihat potensi besar yang
dimiliki setiap mahasiswa keperawatan. Hampir semuanya pintar-pintar. Namanya
juga mahasiswa, mereka perlu belajar. Jika berbuat salah, siapa sih yang
hidupnya sempura? Adalah tugas dosen/guru/kampus/masyarakat, meluruskannya.
Mahasiswa butuh pembinaan dan arahan
akan dikemanakan mereka. Mereka harus diberikan kuliah, ilmu pengetahuan dan
ketrampilan serta ditambah wawasan, agar terbuka dan mampu mencerna, bahwa
kehidupan mereka di depan perlu dirancang dengan baik.
Mahasiswa sendiri harus menyadari
bahwa tugas-tugas mereka memang berat. Kalau harus sibuk waktu kuliah, memang
itulah konsekuensinya. Orang yang sibuk, pikirannya jalan. Pekerjaan apakah itu
membaca, diskusi, praktik, sharing pengetahuan, mendengarkan ceramah, analisa,
mencatat, observasi, identifikasi, evaluasi, follow up, adalah sederetan aktivitas
yang perlu disadarii oleh mahasiswa sebagai kegiatan rutin yang harus
disukainya.
Suka atau tidak, kegiatan-kegiatan
inilah yang membuat mereka nanti akan menjadi bintang!
Ada memang sejumlah mahasiswa yang
kurang peduli dengan masa depan mereka. Seolah-olah ayah, ibu, paman atau
saudara mereka yang memiliki kedudukan, kekayaan, bisnis dan perusahaan serta
apapun jabatannya, mampu menjamin kehidupan masa depan mereka nanti. Sehingga
tidak sedikit di antara mahasiswa seperti ini yang acuh tak acuh terhadap tugas
kampus.
Akibatnya, potensi yang dimiliknya
menjadi tumpul. Pisau yang mestinya tajam, ternyata tidak sanggup bahkan bila
digunakan untuk memotong Roti Blu sekalipun. Sayang sekali.
Ada masa-masa di mana kita
membutuhkan bantuan orang lain. Akan tetapi, sebagai profesional, kemampuan
berdiri sendiri itu jauh lebih penting, utamanya menyangkut pengambilan
kepuutusan. Contoh kontrit untuk kasus ini apabila kita ditugaskan di daerah
terpencil di mana kita seorang diri harus mengatasi segala persoalan di tempat
kerja kita.
Kemampuan pengambilan keputusan ini
harus dipelajari dari awal. Dan waktu terbaik adalah saat menjadi mahasiswa.
Saya melihat tantangan ke depan
generasi muda nursing kita ini sungguh besar. Di lain pihak, mereka pada
dasarnya juga mengangtongi potensi yang luar biasa di dalam dirinya.
Kedua-duanya membutuhkan pembinaan yang tepat.
Potensi yang ada perlu dikembangkan
dan arahan. Sedangkan tantangan di depan juga perlu dijabarkan bagaimana
kemungkinan penanggulangannya.
Apabila kedua-duanya berjalan
seiring, maka saya yakin, yang namanya pengangguran di antaran nursing
profesional tidak bakalan terjadi. Karena setiap inidividu bakal mampu
mengembangkan potensi dirinya. Jika perlu mereka bakal sanggup menciptakan
lapangan kerja sendiri, tanpa perlu menjadi pegawai negeri.
Kegelisahan terjadi dan banyak
dialami oleh profesi ini karena sewaktu di bangku belajar, mereka banyak
dicekoki materi-materi kuliah yang bersifat teoretikal. Bukannnya praktikal.
Seharusnya, mereka diberikan mareti riil yang ada di masyarakat dan bagaimana
menanggulanginya.
Misalnya, kiat bagaimana menciptakan
lapangan kerja dalam profesi ini, seharusnya diajarkan dalam mata kuliah
nursing management. Entrepreneurship juga perlu diperkenalkan, tidak terkecuali
kita-kita berbisnis.
Demikian pula kemampuan lain seperti
communication and presentation skills. Jika perlu, nurses menjadi pemandu
sebuah acara kesehatan di televisi adalah sebuah harapan lowongan pekerjaan
baru yang perlu dilirik.
Nurses pun bisa menjadi seorang
penulis jika sewaktu belajar kemampuan menulisnya dipertajam. Jangan hanya
menyusun laporan atau study kasus dari hasil nyontek!
Di rumah sakit atau balai kesehatan
selama ini, kursi bagian managemen banyak diduduki oleh orang-orang dari
profesi non-kesehatan. Jika nurses yang sewaktu kuliah banyak belajar tentang
kesekretariatan serta mahir di komputer, mengapa mesti di kemudian hari nurses
hanya berada di garis belakang, sementara bagian administrasi ditangani oleh
orang-orang non-kesehatan yang notabene 'buta' akan kerumahsakitan?
Sudah saatnya nurses bangkit dan
menunjukkan potensi besar yang selama ini tersembunyi. Tunjukkan kepada dunia
bahwa anda semua adalah profesional pintar, cakap dan handal, yang meiliki
multi-competensy dan mampu mengerjakan tugas besar. Dengan berbekal
multi-skills ini, sampaikan kepada masyarakat bahwa anda adalah orang yang
sangat tepat untuk mengerjakan banyak hal.
Kalau saja nurses mau jujur,
sungguh, semua pekerjaan di RS dapat dikerjakan oleh nurses sekarang ini. Mulai
dari persoalan terima pasien, pencatatan pelaporan, library, laboratoirum, X
Ray, tata usaha, gudang, kantin, gawat darurat, kamar operasi, ICU, bangsal,
kamar mayat, hingga perkantoran direksi!
Jika anda ragu tentang kemampuan diri
sendiri, bukan tidak mungkin, di masa depan nanti, pekerjaan yang saat ini
tengah anda geluti, bakal direbut oleh orang lain! Bukankah sudah mulai ada
tanda-tandanya!
Jadi, tunggu apa lagi? Bangkit dan
gali potensi anda serta kuasai dunia!
Good luck!
Doha, 2 August 2012
hardy.syaifoel@hyahoo.com
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberikan KOMENTAR :