Evolusi
Pemahaman Profesi
Selamat
pagi para pembaca yang Budiman…
Saya
mencoba mengingat ulang persepsi dan pemahaman saya tentang berbagai pekerjaan di
sekitar. Keluarga saya memiliki latar belakang karier di bidang pendidikan yang
sudah mengakar, sehingga sedikit banyak juga berimbas terhadap pengetahuan
saya. Pada awal mendaftar sebagai mahasiswa D3 Manajemen Pemasaran pada 2002,
cita-cita saya sangat sederhana. Mencari kerja sambil kuliah, menyelesaikan
kuliah secepat mungkin dan kembali bekerja untuk mencapai karier tertinggi di
suatu perusahaan.
Setelah
saya berhasil diterima di jurusan tersebut, saya mulai mencari tahu pekerjaan
apa yang cocok untuk mahasiswa tentunya yang part time. Alih-alih mencari pekerjaan tersebut, saya justru
tertarik dengan model yang baru saya kenal yaitu bisnis MLM (Multy Level
Marketing). Bisnisnya sangat unik, begitu perhatian terhadap perkembangan
member dan memberikan kesempatan yang sama untuk meraih sukses financial.
Pada
akhir 2002 ini terjadi pergeseran pandangan tentang karier. Sebelumnya saya ingin
menjadi professional muda, kemudian beralih ingin menjadi distributor sukses di
bisnis MLM (wirausahawan). Sejak saat itu saya lebih banyak bergaul dengan
buku-buku kewirausahaan, seminar bisnis, group
meeting dan workshop. Banyak fakta dan opini tentang kewirausahaan di
Indonesia yang saya dapatkan. Salah satu yang popular “Penduduk Indonesia < 2% yang menjadi entrepreneur, sehingga minim lapangan kerja yang tercipta dan
meningkatlah angka pengangguran”. Wajar jika kemudian saya berpikir jika
semakin banyak pengusaha maka kehidupan masyarakat Indonesia pasti lebih
sejahtera.
Dari
titik ini saya semakin semangat berwirausaha, mengajak teman-teman kuliah untuk
mempunyai bisnis dan sedikit menganggap remeh profesi yang tidak sejalan dengan
ghiroh kewirausahaan. Teman-teman
kuliah saya dahulu sampai menyebut saya Pak
HILDAN, Pak HD, Pak High Desert (nama perusahaan MLM yang saya ikuti). Sebutan
tersebut lahir karena penampilan, tindakan dan seluruh waktu saya kerahkan
untuk mengajak berwirausaha. Baik secara personal maupun terang-terangan di
dalam kelas perkuliahan.
Periode
awal ini berlangsung mulai akhir 2002 hingga awal 2004, pada tahun 2004 saya
non aktif dari kergiatan di MLM. Setelah itu saya menemukan dunia yang lebih
menarik lagi, yaitu dunia organisasi kemahasiswaan. Namun tetap saja
teman-teman memanggil saya Pak HD. Pokoknya
melekat banget brand itu pada diri
saya. Padahal dulu sewaktu aktif di MLM penampilan saya sangat parlente, tetapi
sekarang hanya pakai kaos oblong dan celana jeans (khas penampilan anak organisasi).
Fase 1 : Perlawanan
Fase
ini bisa disebut sebagai the next level dari
fanatisme saya. Bukan fanatisme kepada perusahaan MLM, tetapi kepada semangat entrepreneurship.
Fase ini dimulai pada pertengahan 2008 hingga awal 2010.
Masa-masa
ini bisa disebut sebagai masa alogika, masa hyper fanatic, masa galau atau
sejenisnya. Saat itu saya sudah menikah dan belum memiliki pekerjaan tetap. Sebagai
perwujudan dari semangat entrepreneurship
saya berani mengambil resiko membuka usaha yang sama sekali belum dikuasai.
Di awali dengan membuka BMT (Baitul Maal wat Tamwil) sejenis Koperasi SImpan
Pinjam Syariah, yang pada akhirnya harus ditutup karena kurangnya pengetahuan,
modal dan pendampingan. Lalu dilanjutkan dengan membuka usaha percetakan dan
konveksi bersama rekan-rekan mahasiswa.
Pada
tahun 2009 ini usaha saya lumayan menghasilkan. Percetakan dan konveksi kami
mulai kebanjiran order dari mahasiswa di berbagai kampus negeri dan swasta di
Kota Malang. Hingga ada sedikit kesombongan yang muncul. Pernah suatu hari
ketika baru memiliki akun Facebook, secara terang-terangan saya menyatakan
membenci suatu profesi. Saya anggap profesi tersebut membuang banyak anggaran
daerah, mengkerdilkan impian para mahasiswa, inefisien, dan malas. Mungkin karena
kesombongan tersebut usaha kami mendapat cobaan dan akhirnya ditutup dengan
banyak kerugian.
Fase 2 : Toleransi
Masih
beruntung pada awal 2010 kami dipertemukan dengan konsep bisnis online dan
Tuhan memberikan kesempatan kepada kami untuk mempelajarinya langsung kepada
MASTER nya, yaitu Bapak Agus Piranhamas (www.PembicaraInternetMarketing.com).
Kami merasa masih diberikan jalan untuk memperbaiki diri dan mendapatkan
kembali harga diri sebagai pejuang kewirausahaan.
Pada
fase ini saya berusaha lebih memahami keberagaman profesi dan tidak memandang
rendah profesi sebagai professional. Disamping mulai mencari peluang kerja,
saya juga mulai membangun sedikit demi sedikit perusahaan baru.
Periode
ini saya banyak merenung dan belajar dari keluarga dan rekan-rekan. Pelajaran pertama
saya peroleh dengan mengamati perjalanan hidup Ayahanda Bpk. BASHORI alm. Beliau
guru di SDN JAMBANGAN 03 Kec.Dampit. Mulai usia muda beliau aktif di berbagai organisasi
kemasyarakatan. Berbagai kumpulan pengajian dan kepengurusan di lembaga
kemasyarakatan beliau ikuti. Saya mendapati beliau sangat bahagia setiap hari, hampir
tidak pernah marah dan selalu tertawa lepas. Meskipun untuk mengurus berbagai
perkumpulan tersebut beliau banyak menghabiskan biaya, energi dan waktu. Ibu sering
bilang “Bapak itu ba’da maghrib selalu sibuk ke perkumpulan, mungkin hanya
sehari ada waktu luang”. Entah itu perkumpulan yasinan, diba’aan, pengajian
keluarga, rapat RW, rapat ta’mir masjid dan banyak kegiatan lain.
Untuk
urusan karier beliau tidak terlalu ngoyo.
Padahal Bapak sudah pernah direkomendasikan menjadi kepala sekolah, tetapi
beliau tidak berkenan. Beliau lebih senang menjadi guru biasa dan menikmati
mengajarkan mata pelajaran Agama Islam kepada siswa-siswi beliau. Begitu juga
untuk urusan bisnis. Beliau memiliki beberapa lahan persawahan dan perkebunan, tetapi
sepertinya kegiatan bertani lebih menyerupai HOBI dari pada bisnis yang sesungguhnya. “Dari pada diajak ke Mall,
ya lebih enak pergi ke kebun tebu”, begitulah kata beliau. Untung urusan pitungan padi, lahan dan berbagai urusan
jual beli, beliau delegasikan kepada Ibu kami. Karena Bapak tidak tegaan jika
berdagang, tidak tega ambil untung dan tidak tega menawar harga. Hingga akhir
hayat beliau, waktu sehari-harinya dihabiskan untuk ibadah di rumah, berkumpul
di jamaah, mengajar di SD dan berkebun. Dan satu yang pasti…beliau sangat
bahagia.
Pelajaran
karier selanjutnya saya peroleh dari mengamati para profesional, pekerja
mandiri dan akademisi di sekitar. Para dosen yang giat melakukan penelitian dan
menghasilkan karya untuk masyarakat. Para seniman yang memperoleh pengakuan
internasional yang karya seninya benar-benar menggugah penikmatnya. Para penulis
buku yang melambungkan imajinasi dan semangat hidup pembacanya dan para
pemerhati sosial yang tanpa lelah memberdayakan masyarakat miskin. Semua itu
adalah profesi-profesi mulia yang dijalankan sepenuh hati sesuai passion pelakunya.
Kemudian
saya mulai akrab dengan buku-buku parenting, pendidikan dan pengembangan diri. Ada
hasil riset selama 30 tahun yang dilakukan oleh Howard Gardner yang menyimpulkan bahwa setiap orang memiliki satu
kelebihan yang akan membawanya menjadi top
of the top jika terus diasah dan dikembangkan. Maka tidak heran jika begitu
beragamnya profesi yang saya temui, karena memang masing-masing dari mereka
memiliki bakat bawaan lahir dan minat yang berbeda-beda.
Pada
titik ini saya mulai sadar bahwa jika kita sudah menemukan passion pada suatu bidang dan kita sangat mencintainya, maka
urusannya bukan lagi uang karena uang hanya bonus. Jika passion kita adalah pada kegiatan sosial kemasyarakat dan kita
tekuni hingga pada tingkat top of the
top. Maka hidup kita bergairah dan kita akan memperoleh “hadiah” berupa kebahagiaan
hidup, rasa syukur dan luasnya persaudaraan. Jika passion kita adalah dunia akademik dan kita sangat cintai, maka
akan banyak terlahir terobosan-terobosan keilmuan yang kita hasilkan. Kelimpahan
materi akan mengikuti seiring bertumbuhnya kualitas karya kita dan yang terpenting
hidup kita bergelimang kebahagiaan. Begitu juga dengan passion sebagai entrepreneur
dan juga banyak profesi lain.
Fase 3 : Kolaborasi
Ini
lah fase yang akan saya alami dan sedang saya cita-citakan. Mari kita bayangkan
setiap orang mencintai profesinya dan menghormati profesi saudara-saudaranya. Setiap
orang begitu AHLI di bidangnya,
sehingga jika kita menyebut nama Bapak HERI CAHYO sama dengan menyebut Spesialis Ghost Writer, Bu ALFI berarti Ahlinya Lampion, Pak ALIX WIJAYA berarti
Pakarnya Produk Ibu dan Bayi, Pak
SURONO berarti Pakar Bibit Unggul, Ayah
EDY berarti Pakar Parenting, Pak SYAIFOEL HARDY berarti Pakar Pendidikan Profesi Perawat dan
setiap diri kita benar-benar identik dengan sebuah profesi. Wow…saya
membayangkan sebuah negara besar yang sejahtera dan bahagia.
Kemudian
setiap profesi tersebut saling berkolaborasi. Misalnya Bu ALFI ingin membangun
sekolah alam, maka akan menghubungi AYAH EDY. Untuk membuat website beserta media
iklannya membutuhkan jasa penulis, maka akan menghubungi Bapak HERI CAHYO dan
jika membutuhkan ahli-ahli lain semua sudah tersedia. Semua profesi
berkolaborasi untuk saling mendukung untuk mewujudkan mimpi-mimpi para ahli
lain.
Tentu
kita senang menjalin relasi dengan para pakar yang pemahamannya sangat
mendalam. Bukan hanya seseorang yang keahlian dan pengetahuannya rata-rata. Bisa
menjawab semua pertanyaan tetapi tidak ahli di bidang mana pun. Fase ini lah yang
bagi saya menjadi kesadaran tertinggi bagi pemahaman profesi saya pribadi. Persaingan
seketat apa pun akan mampun kita menangkan, karena kita punya satu bidang yang benar-benar kita
kuasai di atas pengusaan orang-orang pada umumnya. Ditambah lagi terjadi
kolaborasi harmonis dengan para ahli di bidang lain. Saya bisa membayangkan
sebesar apa bangsa Indonesia kelak. Anda juga kan?
Salam
Indonesia Raya,
HILDAN FATHONI
CP
: 081 2525 4782